Rabu, 28 Maret 2018

Sulitnya Membaca “Dilarang Buang Sampah Disini”


Titik Pembuangan Sampah

Membaca tulisan berukuran besar, akhir-akhir ini terkesan sulit dilakukan. Padahal tulisan tersebut hanya terdiri dari 4 suku kata, “Dilarang Buang Sampah Disini”, hanya itu. Fenomena itulah yang kini terjadi di Jalan Syamsuddin Uban, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. Di satu titik jalan tersebut, kian hari mengalami penyempitan. Hal itu disebabkan karena tumpukan sampah kian hari kian mengikis bahu jalan. Jika hal ini terus terjadi dan dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin jika satu hari nanti, jalan tersebut tidak bisa dilalui sama sekali alias macet total. 


Sampah-sampah yang sebagian besar berasal dari limbah rumah tangga, kian hari kia memenuhi sebidang tanah kosong yang berada di tepi jalan. Pemilik tanah, sebenarnya telah berusaha sekuat tenaga agar tanah miliknya bebas dari sampah. Ikhitiar tersebut, contohnya dilakukan dengan memagari titik terlarang dengan tembok permanen. Namun apa yang terjadi? Masyarakat tetap saja membuang sampah dan mengakibatkan ruas jalan semakin sempit. Masyarakat tetap melakukan aktifitas buang sampah, bahkan kini menjadi lebih mudah. Mereka tidak perlu menghentikan laju kendaraan sembari membuang sampah. 


Pemerintah melalui aparat kelurahan dan kecamatan setempat pun telah berusaha untuk mengatasi problem sosial ini. Misalnya seperti yang dilakukan Lurah Jelutung berikut ini: Dengan membuat spanduk berukuran besar, sang Lurah berusaha menghimbau masyarakat agar tidak memenuhi titik tersebut dengan sampah. Sang Lurah, bahkan menyertakan foto dirinya berseragam lengkap di spanduk yang bertuliskan “Dilarang Buang Sampah Disini”, yang dipasang tepat di atas tumpukan sampah. Sang Lurah bahkan rela dan pasrah jika foto dirinya berpotensi dikerubungi lalat, karena jaraknya memang terlalu dekat dengan sampah yang didominasi jenis basah. 


Jalan tersebut, kini semakin terlihat kumuh, kotor dan terkadang menjijikkan. Meskipun volume sampah di titik tersebut dikurangi oleh petugas kebersihan 2 kali sehari, namun volume sampah terus berdatangan. Sampah terus memenuhi kawasan tersebut dan semakin menyesakkan dada. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan predikat Kota “Beradat” (Bersih, Aman dan Tertib) yang disandang Kota Jambi. 

Lantas, langkah apa yang bisa dilakukan selanjutnya? Yang pasti, jangan lagi membuat spanduk “Dilarang Buang Sampah Disini”, karena hal itu sudah pasti akan sia-sia belaka. Tidak mudah mengajak masyarakat untuk dapat membaca tulisan yang berisi himbauan tersebut. Masyarakat mungkin lebih mudah untuk membaca tulisan pada aplikasi Whats App atau Facebook. (jambisayo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar